Kisah Sukses Buka Usaha Florist Tanpa Punya Ladang Bunga
Terpuruk ketika usaha orang tua bangkrut tidak membuat Hero Wijayadi
(34) warga Jalan Mawar, Kabupaten Semarang menyerah. Dengan kegigihan
ditemani istri tercinta, kini Hero memiliki bisnis florist sukses
padahal ia tidak memiliki tempat produksi rangkaian bunga.
Bisnis
Hero yang diberi nama Meme Florist itu memanfaatkan jejaring sosial
seperti Facebook, Instagram, dan beberapa produk Google seperti Google
Adwords, Google My Business, Maps, Google Drive, Gmail, dan Android
Apps.
Hero berbagi kisah sukses yang berawal ketika keluarganya terpuruk
karena bisnis travel orang tuanya di Kota Semarang bangkrut tahun 2006.
Meski demkian, Master IT lulusan Monash University, Australia itu tidak
menyerah dan berusaha memanfaatkan ilmunya untuk berdagang via online.
"Awalnya
mendalami internet marketing, jualan online. Ada jual suplemen, filter
air, pokoknya semua. Itu tahun 2008," kata Hero.
Tidak
mudah bagi Hero untuk bangkit dari keterpurukan karena ia
bertanggungjawab kepada istri dan anaknya. Tahun 2012, istri Hero,
Mariani (35) atau yang akrab dipanggil Meme ingin ikut bekerja namun
tetap bisa mengasuh anak-anak.
"Istri saya ingin kerja juga
online, kan dia di rumah urus anak, pingin produktif dan dia senang
bunga, maka coba florist," pungkas Hero.
Meski tidak memiliki
tempat produksi florist, namun Hero memanfaatkan internet agar bisa
tetap menjual produk kerajinan bunga itu. Caranya, Hero mencari rekanan
dan mendatangi florist lokal yaitu di kompleks pasar bunga di Kalisari
Semarang.
"Saya kemudian mengontak Pak Andi (pengusaha florist
lokal), saya bilang coba saya jualkan, Pak, ternyata mau. Terus pasang
di online," pungkas ayah tiga anak itu.
Ternyata penjualan
rangkaian bunga mendapat respons positif dari konsumen. Ia kemudian
memperluas jaringan partner di Semarang dengan mendatangi florist lokal
dan melakukan screening dengan cara memesan untuk melihat kualitas.
"Saya datangi, screening bagaimana hasil kerjanya kemudian diajak kerja sama," tegasnya.
Pemesanan
rangkaian bunga lewat online ternyata memang dinilai praktis, sehingga
para pelangganya pun semakin banyak. Usaha Meme Florist semakin
berkembang bahkan saat ini sudah bisa melayani pemesanan di 30 kota di
Seluruh Indonesia.
"Saya tidak begitu ingat nama-nama kotanya,
tapi ada di Aceh, Bali, Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan. Jadi pesan
lewat online, nanti yang membuat partner di kota tujuan pengiriman
bunga, " pungkas Hero.
Keunikan dari usaha milik Hero ini yaitu
ia sampai saat ini tidak memiliki tempat produksi florist, namun lebih
memilih berpartner dengan pengusaha lokal. Meski demikian ia bertanggung
jawab penuh kepada pelanggan atas nama Meme Florist.
"Kita
enggak punya florist produksinya, kita memang nggandeng, kita berdayakan
yang lokal dengan online. Pokoknya kita coba semua online, lewat
Facebook, Instagram, produk Google, website," tegasnya.
Sementara
itu Meme mengaku senang dengan bisnis yang diusulkannya itu ternyata
berbuah manis. Ia juga bisa bekerja sambil mengurus anak.
"Saya
memang suka bunga, kebetulan waktu kita memang ada kenalan di florist
juga. Dengan online bisa jaga anak dan saya bisa cek pekerjaan," kata
perempuan lulusan UKSW itu.
Risiko dan Tanggung Jawab Berbisnis Online
Hero
mengaku usahanya memang tidak langsung berjalan mulus, harus berusaha
mencari pembeli sekaligus menjaga kualitas produk yang tidak ia produksi
sendiri.
"Beberapa bulan atau setengah tahun hasilnya belum bisa dirasakan," katanya.
Berkat
kegigihannya, Meme Florist makin berkembang. Namun komplain dari
konsumen juga pernah dirasakan ketika ada partner florist lokal yang
telat mengirimkan atau kualitasnya produksi tidak bagus.
"Pernah
supliernya mengirim tidak sesuai janji, kualitas kurang baik. Kita
selesaikan dengan cara baik, kita refund, bahkan kita juga kirim bunga
permintaan maaf, misalnya telat mengirim ke pengantin, kita kirim bunga
ke pengantin itu atas nama pemesan. Kita free," kenang Hero.
"Pokoknya kita tekan level of complain. Meski yang membuat partner, tapi tanggung jawab atas nama Meme Florist," imbuhnya.
Kini
Meme Florist melayani pemesanan di 30 kota lewat jaringan online yaitu
website www.memeflorist.com atau aplikasi Google "Meme Florist". Kantor
yang digunakan saat ini adalah warisan ayah Hero di Mataram Plaza B-1,
Jalan MT Haryono 427-429 Semarang.
"Itu kantor lama orang tua, bekas bisnis travel. Kantornya cuma di situ," ujarnya.
Dalam
sehari, Meme Florist bisa memperoleh order sampai 30 pesanan. Harga
yang dipatok pun masih standar yaitu mulai sekitar Rp 100 ribu untuk
tangkai atau hand bouquet bunga dan Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta-an
untuk rangkaian bunga papan ucapan.
"Bulan Suro ternyata juga berpengaruh, karena jarang yang menikah," ucap Hero.
Sementara
itu Head of Corporate Communications Google Indonesia, Jason
Tedjasukmana menyempatkan diri datang ke Semarang untuk bertemu dengan
Hero. Ia mengaku datang untuk mempelajari dampak bisnis digital untuk
peningkatan usaha kecil.
"Bu Meme dan Pak Hero salah satu contoh
bisnis kecil yang mmang sudah melihat untungnya bisnis digital. Ini
(usaha florist) bisnis tradisional mau offline juga bisa, tapi kalau
mau perluas jaringan ya online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar